SURABAYA (29/6). Kemajuan dan perkembangan teknologi informasi dan digital sekarang ini sangat cepat dan tak terbendung lagi. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut DPW LDII Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Provinsi Jawa Timur menggelar Training of Trainer (ToT) Literasi Digital dan Bijak Bermedia Sosial di Aula Ponpes Sabilurrosyidin Annur, Surabaya, Jawa Timur. Bertemakan Membangun Ruang Publik yang Sehat dan Peradaban Luhur Bangsa dengan Bijak bermedia Sosial. Acara tersebut dihadiri dan dibuka oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Jawa Timur, Sherlita Ratna Dewi Agustin, S.SI., M.IP.
Sebelum membuka acara tersebut Sherlita memberikan pemaparan tetang “Mewujudkan Ruang Digital Yang Sehat”. Berdasarkan data yang bersumber dari penelitian APJII tahun 2024. Masyarakat Indonesia setiap tahun mengalami penetrasi penggunaan internet. Artinya masyarakat semakin banyak yang mendapat akses internet untuk berbagai kepentingan, seperti memudahkan pekerjaan, memudahkan komunikasi, alat untuk campaign dan sosialisasi suatu kebijakan yang terkait dengan LDII.
Sebanyak 79.5% Penduduk Indonesia pada tahun 2024 telah terkoneksi dengan internet, artinya sebanyak 221.563.479 jiwa dari total populasi 278.696.200 jiwa penduduk Indonesia tahun 2023. Pengguna aktif sosial media Whatsapp 90,9 % disusul Instagram 85,3% kemudian Facebook 81,6%, Tiktok 73,5%, Telegram 61,3% dan Twitter (X) sebesar 57,5%. (Sumber :We Are Social, 2024)
Lebih lanjut Sherlita juga menyampaikan data akses internet dan media sosial masyarakat Indonesia rata-rata tujuh jam tigapuluh delapan menit sehari, paling lama tujuh menit tanpa ponsel, dan satu dari dua orang Indonesia pengguna aktif media sosial. (Sumber :We Are Social, 2024)
Sementara indek perkembangan literasi di Indonesia masih rendah yaitu 3,54 dan di Jawa Timur 3,58. Indek masyarakat digital Jawa Timur 45,59 sedikit diatas rata-rata indek nasional 43,18. Berdasarkan survey Indeks Literasi Digital Kementrian Kominfo tahun 2022 kemampuan masyarakat mengenali informasi hoaks relatif rendah. Yaitu 23% tidak yakin mengenali informasi hoaks, 45% ragu-ragu dan 32% yakin dapat mengenali informasi hoaks.
Lebih lanjut Sherlita menjelaskan dengan tingkat akses yang sangat tinggi dan angka literasi digital minim mengakibatkan banyak masyarakat kita tidak bisa mengenali apakah itu berita hoaks atau bukan, apakah itu disinformasi atau apakah itu berita sebenarnya. Sehingga kita perlu memperkuat empat pilar literasi digital. Pertama, Etika digital, yaitu kemampuan individu dalam menyadari, menyesuaikan diri dan menerapkan netiquet dalam saat didunia digital. Kedua, Keterampilan Digital, yaitu kemampuan individu dalam menyadari, menyesuaikan diri dan menerapkan netiquet dalam saat didunia digital ada yang perlu disaring sebelum sharing. Ketiga, Budaya Digital, yaitu cara berinteraksi, berperilaku dan berpikir dan berkomunikasi didunia digital dengan berwawasan kebangsaan, nilai-nilai Pancasila, dan kebhinekaan, Keempat, Keamanan Digital, yaitu kemampuan untuk menerapkan, meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan digital.
Untuk mengenali suatu berita itu hoaks atau bukan Dinas Kominfo Jawa Timur membuat inovasi yang dinamakan klinik hoaks untuk cek fakta yang dapat dikunjungi di https://klinikhoaks.jatimprov.go.id . Disini masyarakat dapat mengenali apakah suatu berita itu hoaks atau bukan, bisa melakukan pencarian, bisa melakukuan permohonan klarifikasi suatu berita apakah berita itu hoaks atau fakta, daftar informasi klarifikasi, notifikasi, dan lacak tiket.